Artikel




Musibah Umat Yang Memilukan 


Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami 


memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, 


kami berlindung kepada -Nya dari kejahatan diri-diri kami dan 


kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah 


Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat 


menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa 


ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya 


petunjuk. 


Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak 


diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla 


semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi 


bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam 


adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du: 


Sesungguhnya umat manapun yang tidak memiliki 


metode hidup yang bisa dijadikan sebagai penerang jalan, yang 


dapat mengatur perjalanan, maka bisa dipastikan umat tersebut 


akan kehilangan banyak watak dasar yang menjadi kekhususan 


manusia, berada dalam lembah syahwat, tenggelam dalam 


kerusakan moral dan dosa, tercampur antara yang baik dan jelek, 





perkara yang indah terkontaminasi dengan keburukan, tidak lagi 


mengenal kebaikan, tidak pula mau mengingkari kemungkaran, 


sirna sudah fungsi akal, pendengaran serta penglihatan, pada 


akhirnya umat seperti itu terjerambab pada kondisi yang lebih 


rendah dari pada binatang ternak. Seperti yang Allah Shubhanahu 


wa ta’alla singgung melalui firman -Nya: 





"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu 


mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah 


seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari 


binatang ternak itu)". (QS al-Furqaan: 44). 


 


Dan perkara yang menakjubkan seperti ini dalam 


perilaku umat manusia bukanlah perkara yang aneh lagi, karena 


sesungguhnya ketika ada suatu umat, apapun namanya sudah 


kehilangan jati diri hidupnya maka pemeluknya akan tersesat, 


demikianlah keadaannya seperti diceritakan oleh Allah 


Shubhanahu wa ta’alla dalam firman -Nya: 





"Dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam 


adalah tempat tinggal mereka".  (QS Muhammad: 12). 


Akan tetapi, yang aneh apabila perilaku kontradiktif semacam ini 


yang mencampuradukan antara kebajikan dengan keburukan, 


mengotori kebagusan dengan kejelekan, sampai merasuk pada 


umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla muliakan dengan 


sebuah pedoman hidup yang telah menjelaskan segala sesuatu, 


mulai dari halal dan haram, etika dan budi pekerti, tanda-tanda 


kebesaran dan mukjizat, ibadah dan muamalat.  


Sebuah umat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla 


muliakan dengan diutusnya seorang Rasul yang telah 


menyampaikan tugas kerasulannya, menunaikan amanah, 


menasehati umat, yang mengajak pada tiap cabang kebaikan, dan 


memberi peringatan dari segala jenis keburukan, agar umat 


manusia mampu keluar dari kegelapan menuju cahaya yang 


terang benderang, tentunya dengan izin dari Rabb mereka 


menuju jalan yang lurus lagi terpuji. Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menyatakan dalam firman -Nya: 





"Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang 


beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul 


dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka 


ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan 


kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya 


sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar 


dalam kesesatan yang nyata".  (QS al-Imraan: 164). 


 


Dan sungguh menakjubkan bagi umat Islam, yang 


Rabbnya adalah (pencipt) cahaya, sebagaimana disebutkan 


didalam firman       -Nya: 





"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi". (QS an-Nuur: 


35). 


 


Kitab yang menjadi panduannya juga cahaya penerang. 


Allah Shubhanahu wa ta’alla menyebutkan tentang sifat al-Qur'an 


didalam salah satu firman -Nya: 





"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada 


cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan".  (QS at-Taghabuun: 


8). 


 


Nabi mereka juga pemberi cahaya. Sebagaimana disebutkan oleh 


Allah ta'ala didalam firman -Nya: 





"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan 


kitab yang menerangkan". (QS al-Maa-idah: 15). 


 


Sangat mengherankan bagi umat ini, Rabbnya adalah pencipta 


cahaya, kitab yang dijadikan sebagai panduannya adalah pemberi 


cahaya, dan Nabi mereka pun penerang cahaya tersebut, akan 


tetapi umat Islam hidup dalam kegelapan! Allah Shubhanahu wa 


ta’alla mengatakan didalam firman -Nya: 





"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan 


dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan 








cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat 


manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam 


gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? 


Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik 


apa yang telah mereka kerjakan".  (QS al-An'aam: 122). 


 


Sesungguhnya jalan kebenaran itu cuma ada satu, 


sedangkan kebatilan itu sangatlah beragam. Cahaya itu cuma satu 


adapun kegelapan itu sangatlah banyak, apakah keduanya 


mempunyai sisi persamaan? Jawabannya, tentu tidak sama sekali, 


Allah Shubhanahu wa ta’alla menegaskan hal tersebut didalam 


firman -Nya: 





"Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. 


dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya". (QS Faathir: 


19-20). 


Apakah mungkin keduanya bisa berkumpul jadi satu? 


Jawabanya sekali lagi juga tidak mungkin selama-lamanya. Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu dalam firman -Nya: 





"Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu 


yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang 


batil itu lenyap".  (QS al-Anbiyaa': 18). 








Sudah dimaklumi bersama kalau malam itu tidak mungkin bisa 


berkumpul dengan siang hari, tidak pula cahaya bersatu dengan 


kegelapan, lantas bagaimana dengan perilaku sebagain orang 


diantara kita yang masih membiarkan untuk dirinya terkumpul 


antara dua hal, kebenaran dan kebatilan, antara cahaya dan 


kegelapan yang sangat banyak, apakah keduanya sama? 


Jawabannya adalah tidak mungkin. Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menyinggung hal itu didalam firman -Nya: 





"Dan tiada sama (antara) dua laut, yang ini tawar, segar, sedap 


diminum dan yang lain asin lagi pahit".  (QS Faathir: 12). 


 


Tidakkah kita sadar betapa banyak jalan kegelapan yang 


kita telah terperosok didalamnya sepanjang siang dan malam hari, 


baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik yang 


melakukannya laki-laki maupun wanita, disengaja maupun ada 


unsur tidak disengaja.  


Dusta adalah kegelapan, perkataan bohong juga 


kegelapan, ghibah dan namimah juga kegelapan, memakan harta 


riba juga kegelapan, memakan harta anak yatim juga kegelapan, 


nifak adalah kegelapan, mencuri juga kegelapan, berzina juga 


kegelapan, mengerjakan perilakunya kaum Luth (homoseks) juga 


kegelapan, pamer adalah kegelapan, berpecah belah adalah 


kegelapan, iri dan dengki juga kegelapan, sombong juga 


kegelapan, berbuat durhaka pada orang tua juga kegelapan, 


menyakiti orang lain juga kegelapan, menuduh berzina juga 


kegelapan, meminum minuman keras juga kegelapan, memakan 


makanan yang buruk juga kegelapan, merampok juga kegelapan, 


menyuap adalah kegelapan, meninggalkan sholat juga kegelapan, 


mendengarkan nyanyian juga kegelapan, menipu adalah 


kegelapan, menjulurkan pakaian dibawah mata kaki itu juga 


kegelapan, mencukur jenggot itu juga kegelapan, membuat makar 


adalah kegelapan, sihir adalah kegelapan, menanggalkan hijab 


bagi perempuan itu juga kegelapan, memakain cincin dari emas 


bagi lelaki itu juga kegelapan, berlebih-lebihan dalam 


membelanjakan harta adalah kegelapan, gambar dan foto itu 


adalah kegelapan, menganggu tetangga adalah kegelapan, 


berbuat curang dalam menakar dan menimbang itu juga 


kegelapan, menyerupai orang kafir juga kegelapan, menyakiti 


orang lain tanpa alasan yang benar adalah kegelapan, kufur 


terhadap nikmat juga kegelapan, berlaku lalim juga kegelapan. 


10 


Sesungguhnya engkau pasti akan menjumpai sifat dan 


juga perilaku diatas seluruh atau sebagiannya, yang sesuai pada 


sebagian diantara kita, bahkan bisa jadi tidak dijumpai seorang 


pun yang selamat dari sifat buruk seperti diatas kecuali yang Allah 


Shubhanahu wa ta’alla rahmati saja. Duhai sayang sekali, 


sesungguhnya musibah yang menimpa kita dalam meremehkan 


hal ini cuma satu, baik yang banyak melakukan maupun yang 


sedikit. Duhai celaka sekali, bagi orang yang berlaku lalim dan 


kedzaliman. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan balasan 


bagi mereka didalam firman -Nya: 





 "Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang zalim itu berada 


dalam azab yang kekal".  (QS asy-Syuuraa: 45). 


Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan akal 


yang bisa digunakan untuk memilah mana yang benar dan mana 


yang salah. Dan Allah Shubhanahu wa ta’alla telah 


menganugerahkan pedoman hidup yang tidak ada sisi kebatilan 


dari manapun juga, yang berisikan didalamnya sebagai penjelas 


segala sesuatu. Demikian pula Allah Shubhanahu wa ta’alla telah 


mengutus kepada kitas seorang Rasul yang meninggalkan kita 


diatas jalan yang terang benderang, malamnya bagaikan siang 





hari, yang tidak ada yang menyelesihinya melainkan dirinya akan 


binasa, Allah menyatakan didalam firman        -Nya: 





"Dia -lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang 


Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat -Nya 


kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka 


kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan sesungguhnya mereka 


sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata".  (QS al


Jumu'ah: 2). 


 


Duhai umat Islam sesungguhnya hidup tanpa menjadikan 


Qur'an sebagai pedoman akan menjadikan tidak ada nilainya 


sama sekali, akan tetapi jika engkau kembali kepada al-Qur'an 


maka segalanya akan bernilai. Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menyatakan didalam firman -Nya: 





"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab 


yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. maka 


apakah kamu tiada memahaminya?. (QS al-Anbiyaa': 10). 


 


13 


Sungguh Allah ta'ala telah memuliakan kita dengan berbagai 


nikmat yang melimpah ruah sampai kiranya kita tidak mampu lagi 


untuk mengingat maupun menghitungnya, apakah setelah itu kita 


sudah mengambil manfaat darinya, menggunakan nya untuk 


sesuatu yang membawa manfaat pada kita, memperbaiki kondisi 


kita, yang tentu sejalan dengan ridho Rabb kita? 


Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan kita dengan akal 


pikiran, pernahkah kita sesekali merenungi tentang penciptaan 


langit dan bumi? Dimana Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menyatakan didalam firman -Nya: 





"Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. 


tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang 


memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".  (QS 


Yunus: 101). 


 


Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakan 


kita dengan hati sanubari, pernahkah kita gunakan untuk 


merenungi apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan 


bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah 


memuliakan kita dengan mata, apakah sudah kita gunakan untuk 


 


14 


melihat hal-hal yang bermanfaat dan memilah mana yang 


mendatang mara bahaya bagi kita? Sungguh Allah Shubhanahu 


wa ta’alla telah memuliakan kita dengan dua telinga, apakah 


sudah kita gunakan sebagai media untuk mendengarkan 


kebenaran dan ucapan-ucapan yang baik? 


Sesungguhnya menghilangkan nikmat-nikmat diatas 


dengan tidak menggunakan sebagaimana mustinya akan 


mengakibatkan terhalangnya kita dari kebenaran disamping juga 


sebagai faktor yang menyebabkan masuk ke dalam neraka. Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan didalam salah satu firman 


Nya: 





"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) 


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi 


tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan 


mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk 


melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai 


telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat


ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka 


lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai".  (QS al


A'raaf: 179). 





Kita harus mengakui, kondisi buruk yang ada pada 


pribadi sebagian kita, pemahaman yang salah, mata hati yang 


buta, jungkir balik hati sanubari, hingga kondisinya tidak lagi 


mengenali kebaikan tidak pula mengingkari kemungkaran, 


memandang yang baik sebagai hal yang jelek, yang jelek dianggap 


baik, yang baik dikira jelek dan yang jelek dianggap baik, yang 


benar dianggap batil dan yang batil dikira benar. Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya: 





"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang 


terang, maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka 


(manfaatnya) bagi dirinya sendiri, dan barangsiapa buta (tidak 


melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali 


kepadanya. dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah 


pemelihara(mu)".  (QS al-An'aam: 104). 


 


Amal perbuatan bagaikan fatamorgana, hati hancur luluh tidak 


tersentuh ketakwaan sedikitpun, sedangkan dosa dan salah 


bertumpuk bagaikan tanah dan debu. 


 


16 


Duhai untuk umatku, engkau senang membaca kitab 


Allah Shubhanahu wa ta’alla, menyempurnakan huruf dan 


tajwidnya, tapi kenapa engkau melalaikan batasan-batasannya. 


Duhai untuk umatku, engkau begitu perhatian dalam masalah 


penampilan, tapi kenapa engkau lalai penampilan bathinmu. 


Tidakkah engkau sadari kalau kitab Allah Shubhanahu wa ta’alla 


diturunkan membawa misi supaya di imani dan diamalkan 


kandungan isinya, yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah 


Nya serta menjauhi segala larangan -Nya, menghalalkan yang 


halal dan mengharamkan yang haram, berhenti pada batasannya, 


mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang direkam didalamnya, 


juga merenungi ayat-ayat -Nya yang mulia serta para makhluk 


Nya yang agung. Allah Shubhanahu wa ta’alla menjelaskan hal itu 


di dalam firman -Nya: 





"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah 


hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24). 


  


Apa sejatinya yang sedang menimpa umat ini? Apa sebab 


yang memalingkan umat dari kitab Rabbnya serta petunjuk 


Nabinya? Sampai-sampai kondisinya diliputi dengan berbagai 


macam fitnah yang sulit  sekali untuk ditolak hingga oleh seorang 


 


17 


penyabar sekalipun. Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan 


didalam firman  -Nya: 





"Mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila al-Qur'an 


dibacakan kepada mereka, mereka tidak bersujud". (QS al


Insyiqaaq: 20-21). 


 


Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menjadikan umat ini 


sebagai umat terbaik yang dikeluarkan bagi umat manusia, 


dengan membawa ajaran yang agung yaitu amar ma'ruf dan nahi 


munkar. Sebagaimana hal itu dinyatakan oleh Allah Shubhanahu 


wa ta’alla dalam firman -Nya: 





"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 


menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, 


dan beriman kepada Allah". (QS al-Imraan: 110). 


 


Lalu apa faktor yang menyebabkan mereka lupa dan 


seakan bingung dengan ajarannya ini? mereka sudah enggan 


 


18 


untuk menyuruh kepada yang ma'ruf, tidak pula mencegah dari 


yang mungkar. Bahkan yang ada mata hati seakan tertutup, 


sanubari telah buta, hingga keadaanya berubah menjadi sudah 


tidak lagi mengetahui mana yang ma'ruf dan tidak mau mencegah 


yang mungkar, lalu mulai berkembang pola pikir yang melihat 


perkara yang ma'ruf adalah kemungkaran dan yang mungkar 


menjadi ma'ruf. 


Kondisinya semakin memburuk, hingga jikalau melihat 


ada orang yang menegakkan untuk menyuruh kepada yang ma'ruf 


dan mencegah yang mungkar, siang malam, terang-terangan 


maupun sembunyi-sembunyi tanpa kenal lelah, justru tanpa 


sungkan sedikitpun malah dicegah tanpa ada kekuatan sedikitpun 


untuk menolaknya. Tidak ingatkah firman Allah ta'ala yang 


mengatakan: 


  


"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian 


dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan 


 


19 


mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu 


beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal 


ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun 


berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang 


teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi 


petunjuk kepada jalan yang lurus". (QS al-Imraan: 100-101). 


 


Duhai umat Islam, bukankah Allah Shubhanahu wa 


ta’alla telah mensifati dan memuliakan kalian dengan persatuan 


dan ukhuwah serta kecintaan yaitu tatkala Allah Shubhanahu wa 


ta’alla mengatakan dalam firman -Nya: 





"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; 


agama yang satu dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah 


aku". (QS al-Anbiyaa': 92). 


 


Demikian pula tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla menyatakan 


didalam firman -Nya: 





(Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara". (QS al


Hujuraat: 10). 


 


Begitu pula dalam sabdanya Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa 


sallam yang mengatakan: 





"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kalian 


hingga mencintai bagi saudaranya seperti halnya yang ia cintai 


untuk dirinya sendiri". HR Bukhari no: 13. Muslim no: 45. 


 


Apa sebetulnya yang sedang menimpanya, hingga umat 


ini berubah menjadi bergolong-golongan yang begitu banyak, 


terpecah dalam kelompok dan pengekor hawa nafsu, perselisihan 


dan permusuhan? Sedangkan Allah ta'ala menyatakan didalam 


firman       -Nya: 





"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama -Nya 


dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung 


jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka 


hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan 


memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka 


perbuat". (QS al-An'aam: 159). 





Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam sekarang ini. 


Bukankah Allah Shubhanahu wa ta’alla telah mensifatinya dengan 


wasathiyah (pertengahan, bersikap adil) yaitu manakala Allah 


mengatakan didalam firman -Nya: 


 ﴿  و      أ و   ﴾ ] ة ا : [  


"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), 


umat yang adil dan pilihan". (QS al-Baqarah: 143). 


 


Lantas dimana sekarang sikap adil tersebut ditinggalkan, yang ada 


sekarang justru condong ke kiri dan ke kanan, terkadang miring ke 


barat terkadang condong ke timur dan kadang lurus menghadap 


ke Allah azza wa jalla, Allah Shubhanahu wa ta’alla menyinggung 


hal ini dalam firman -Nya: 





"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) 


siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang


orang yang yakin? (QS al-Maa-idah: 50). 


Sesungguhnya tidak mungkin kebahagian itu digapai 


melainkan melalui jalan Islam, karena semua jalan pasti akan 


ditolak tidak mungkin diterima oleh Allah azza wa jalla. 


Sebagaimana ditegaskan hal itu didalam firman -Nya: 





"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali


kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di 


akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (QS al-Imraan: 85). 


 


Menakjubkan sekali perkaranya umat Islam ini, bukankah Allah 


Shubhanahu wa ta’alla telah memuliakannya dengan 


menurunkan sebuah kitab yang menjelaskan segala sesuatu, yaitu 


tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan didalam firman 


Nya: 





"Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (al-Qur'an) untuk 


menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar 


gembira bagi orang-orang yang berserah diri". (QS al-Nahl: 89). 


 


Kenapa sekarang justru mereka berpaling dari kitab yang 


diturunkan oleh Rabbnya yang merupakan sumber kejayaannya? 


Sesungguhnya kalimat pertama yang menjadi undang-undang 


dasarnya ialah kalimat 'Bacalah', sedangkan sekarang dirinya tidak 


bisa baca, jikalau mampu membaca maka tidak bagus ketika 


 


23 


memahaminya, dan seandainya mampu memahami maka tidak 


sempurna ketika mengerjakannya. Allah Shubhanahu wa ta’alla 


menyatakan didalam firman -Nya: 





"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ataukah 


hati mereka terkunci? (QS Muhammad: 24). 


 


Sungguh menakjubkan urusannya umat Islam. Bukankah 


Allah Shubhanahu wa ta’alla telah memberi kemuliaan dengan 


mengutusnya seorang Rasul yang merupakan Rasul terbaik, yang 


meninggalkan bagi umat ini diatas cahaya yang terang benderang, 


malamnya bagaikan siang hari. Sangat penyayang bagi umatnya 


serta berkinginan baik terhadap mereka. Seperti dijelaskan oleh 


Allah ta'ala didalam firman -Nya: 





"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu 


sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat 


menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas 


kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (QS at


Taubah: 128). 


Lantas sekarang mereka tersesat dari jalan yang lurus, 


enggan untuk mengambil sunahnya dan tidak mencukupkan diri 


dengan petunjuk yang dibawa beliau? Sedangkan Allah 


Shubhanahu wa ta’alla mengatakan dalam firman -Nya: 





 "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan 


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) 


Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut 


Allah". (QS al-Ahzab: 21). 


Sungguh kondisi umat sekarang ini memprihatinkan 


sekali, hingga sampai pada kehilangan jati dirinya, sampai kiranya 


mereka tidak lagi merasakan atau merasa mana yang musuh dan 


yang sebagai temannya, tidak lagi bisa membedakan mana yang 


mampu memberi manfaat dan yang membahayakannya, karena 


sudah tersesat jalan, buta terhadap kebenaran, hingga musuh 


mengerumuninya, merusak agama dan akhlaknya. Allah 


Shubhanahu wa ta’alla menyatakan didalam firman -Nya: 





"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka 


(dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), 


seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara 


kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka 


mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan 


mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS 


al-Baqarah: 217). 


 


Sungguh umat ini telah kecolongan penyakit yang 


merobek serta mencerai beraikan persatuan mereka, tergeser 


dari kedudukannya, dan melumpuhkan kekuatan yang pernah 


dimilikinya, sehingga keadaannya berubah menjadi pengikut 


bukan yang di ikuti, pendengar bukan yang didengar ucapannya, 


di perintah bukan yang menyuruhnya, menjadi pengekor bukan 


yang berijtihad, hancur berantakan tidak terselamatkan, itu 


semua disebabkan dosa yang telah memuncak sampai pada titik 


terendah. 


Mengimani adanya Allah Shubhanahu wa ta’alla namun 


tidak mentaati perintah -Nya, membaca kitab -Nya namun tidak 


berusaha untuk memahaminya dengan baik, mencintai Rasulallah 


Shubhanahu wa ta’alla namun tidak mengikuti petunjuk yang 


diajarkan, membenci setan namun justru mentaati perintahnya. 


Penyakit apa sejatinya ini? kesesatan apa lagi setelah ini? 


kerusakan dan kedzaliman apa lagi yang akan terjadi seusai ini? 


Apakah kita paham setelah ini jikalau kita sedang terkena 


penyakit? Apabila kita telah memahami kalau kita sedang 


tertimpa penyakit, apakah kita telah meneliti apa dan dari mana 


penyebab penyakit tersebut? Apakah memang musibah yang 


menimpa kita karena tidak adanya obat yang mampu mengobati 


dari akar musibah dan kerusakan yang ada dalam umat ini? Atau 


musibah yang menimpa kita karena tidak adanya tabib mumpuni 


yang mampu membuat resep guna melenyapkan penyakit 


tersebut, lalu menjelaskan kepada pasiennya jenis obat, takaran 


dan cara mengkonsumsinya?  


Atau memang penyakitnya adalah jenis yang tidak 


mempan obat tidak pula tembus terapi dan perawatan? Sungguh, 


pada hakekatnya penyakit tersebut bermuara pada tiga hal ini 


tidak lebih tidak pula kurang, maka coba mari kita deteksi dari 


mana sejatinya umat ini terkena musibah, agar kita bisa 


mengetahui bagaimana supaya umat ini bisa selamat. 


26 



Tulisan Terbaru

Mutiara Nasehat Umar ...

Mutiara Nasehat Umar Al-Faruq  radhiyallahu ‘anhuiyallahu ‘anhu 

Mutiara Nasehat Abu U ...

Mutiara Nasehat Abu Ubaidah   radhiyallahu ‘anhu 

Mutiara Nasehat Abu B ...

Mutiara Nasehat Abu Bakar ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu 

Musibah Umat Yang Mem ...

Musibah Umat Yang Memilukan